Asal Usul Nama Tongkonan Lempe Lolai, Destinasi Wisata Toraja yang Mendunia

Puncak Lolai, Toraja
Toraja iNsight -- Tidak diragukan lagi keindahan Tongkonan Lempe Lolai, sebuah ukiran alam yang terletak di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut ini begitu indah. Destinasi wisata di Desa Lolai yang berada dalam teritori Lembang Kapala Pitu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, sekarang lebih dikenal dengan sebutan "Negeri di Atas Awan"

Tempat wisata di Toraja Utara ini awalnya terkenal sejak tahun 2015 silam. Berdasarkan artikel yang dimuat beritagar.id, disebutkan pada tahun 2015 telah ada serombongan fotografer yang menghampiri kawasan tersebut tanpa dijadwalkan.

Awalnya para fotografer tersebut hendak menuju Pangala di Kecamatan Rinding Allo, sekitar sejam dari Lolai. Namun mengingat hari sudah malam, mereka akhirnya memilih menginap di rumah Antoni Toban, salah seorang warga di kawasan itu.

Malam berlalu, mentari mulai menampakkan rupanya, bumi pun diteranginya. Antoni Toban lalu mengajak rombongan fotografer tersebut ke Tongkonan Lempe. Dengan iming-iming pemandangan yang indah nan menakjubkan, rombongan Komunitas Photoraja (Toraja Photography Community) tersebut beranjak ke lokasi yang ditunjuk.

Benar saja, setelah tiba di lokasi, begitu banyak hal menarik yang bisa disaksikan. Proses pemotongan tiang Tongkonan Lempe jadi 12 meter lebih pendek misalnya, mereka pun menemukan fenomena alam yang luar biasa.

Mentari yang muncul di sela-sela pegunungan menerpa ujung-ujung rambut pengunjung perlahan menghampiri kaki yang letihnya hilang seketika.

Potret keindahan Puncak Lolai sekejap disebar ke lini sosial media. Muncul istilah 'Negeri di Atas Awan' bahkan terus dikampanyekan. Sampai pula foto itu ke orang nomor satu Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, dan tertarik kemudian mengunjungi Lolai beberapa bulan setelahnya.

Tak lama berselang, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla bersama istri juga menikmati keindahan Lolai. Begitu juga sejumlah menteri lainnya.

Kisah di Balik Nama Tongkonan Lempe Lolai

YUNUS Payung Allo, salah seorang pengelola dari keluarga besar di Lempe-Lolai. Dari pria inilah didapatkan sepenggal kisah tentang bukit Lempe. Pagi itu, usai menikmati pemandangan yang tak ditemukan di daerah lain, lelaki yang mengenakan jaket berwarna hitam tampak sibuk menyapa pengunjung.

Pria ini gampang saja ditemui. Dia terlihat menyapa pengunjung melalui pengeras suara di salah satu rumah tongkonan yang berdiri di puncak Lempe-Lolai. Ketika disapa, pria berusia sekitar 50-an ini langsung menyungging senyum ramah. Di sampingnya ada juga pria seumuran dengannya, pria tersebut adalah kerabatnya yang juga pengelola Lempe-Lolai.

Katanya, dahulu kala, ada orang sakti bernama Polo Padang terbang hingga di atas puncak Lolai. Tepat di atas puncak Lolai, orang sakti itu kemudian berhenti. Dari atas langit, Polo Padang melihat ke arah bawah.

Dia menoleh ke kiri dan ke kanan lalu berkata dalam batinnya ‘Bukit ini akan saya namai Lempe’. Menurut Yunus, arti kata Lempe adalah melihat ke bawah. Polo Padang lalu terbang ke arah Timur, disitu, Polo Padang kembali menengok ke bawah. Ada dataran rata di bawah sana. Polo Padang berniat membuat pasar yang saat ini dikenal dengan nama Pasar Polo Padang.

Katanya, dahulu kala, ada orang sakti bernama Polo Padang terbang hingga di atas puncak Lolai. Tepat di atas puncak Lolai, orang sakti itu kemudian berhenti. Dari atas langit, Polo Padang melihat ke arah bawah.

Dia menoleh ke kiri dan ke kanan lalu berkata dalam batinnya ‘Bukit ini akan saya namai Lempe’. Menurut Yunus, arti kata Lempe adalah melihat ke bawah. Polo Padang lalu terbang ke arah Timur, disitu, Polo Padang kembali menengok ke bawah. Ada dataran rata di bawah sana. Polo Padang berniat membuat pasar yang saat ini dikenal dengan nama Pasar Polo Padang.

Beratus-ratus tahun lalu, leluhur dari keluarga besar Yunus menikah dan berdiam di bukit Lempe. Dari hasil pernikahannya, ada enam orang anak yang lahir. Hanya saja, setelah dewasa, lima orang anak berpindah tempat karena masing-masing telah berkeluarga.

“Akhirnya, tinggallah Ne’Bangke di sini hingga usia tua dan meninggal,” tambah Yunus.

Rumah tongkonan peninggalan Ne’Bangke pun diratakan karena termakan usia. Menurut Yunus, dulunya, bukit Lempe berupa bukit menjulang, bukan seperti sekarang yang lapang dan rata.

“Kami keturunan Ne’Bangke berkumpul, melalui rapat keluarga besar kami sepakat untuk memotong bukit ini,” papar Yunus.
Asal Usul Nama Tongkonan Lempe Lolai, Destinasi Wisata Toraja yang Mendunia Asal Usul Nama Tongkonan Lempe Lolai, Destinasi Wisata Toraja yang Mendunia Reviewed by Go Sulbar on Rabu, September 12, 2018 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.